"Mbak Lala, minggu depan ada kegiatan sepeda ke Pantai Jodo dari belakang rest area 379A, ikut?" Sekilas ajakan dari rekan kerja sore itu. Segera saja saya mencari tahu jalur yang akan dilewati serta seberapa jauh jarak yang akan ditempuh.
"Sekitar
7KM-an doang kayaknya sekali jalan Pulang pergi 14KM. Ah aman, tracknya juga
datar. Cuma dua tanjakan di akhir pas balik." seru saya dalam hati.
"Oke
Bu, Aku ikut!"
H-1
panitia mendata siapa saja yang memerlukan pinjaman sepeda serta peserta yang
memerlukan subtitusi. Subtitusi di sini maksudnya adalah jika kita tidak kuat,
akan digantikan oleh orang lain dan kita meneruskan perjalanan dengan motor
atau mobil yang tersedia.
Saya
sendiri bukan tipe orang yang rajin olahraga. Memang saya pernah beberapa kali
bersepeda, namun tidak jauh, hanya sekitar 8KM itu pun sudah pergi-pulang.
Belum tentu memang saya kuat karena tidak terbiasa berolahraga. Tapi saya
merasa gengsi jika digantikan.
"Aku
nggak usah disubtitusi, pinjem sepeda aja. Sepedaku udah kukirim ke
Jakarta." dengan pedenya saya berkata seperti itu, dan panitia pun
mengiyakan.
Memulai Perjalanan
Hari H, kami pun berkumpul di belakang Rest Area KM 379A. Rest Area ini terdapat di daerah Batang. Panitia menjelaskan tentang rute, peraturan,serta kesehatan dan keselamatan kerja. Ada 3 pos selama perjalanan dari rest area ke Pantai Jodo tersebut. Masing-masing pos berjarak kurang lebih 1-2KM. Di setiap pos akan ada panitia dan tim subtitusi yang bersiaga apabila tidak sanggup meneruskan perjalanan.
22 orang peserta mengikuti kegiatan bersepeda ini. Dari yang boomer sampai milenial pun ikut. Kegiatan tersebut tidak dibagi per-kelompok. Melainkan berjalan saja beriring-iringan depan belakang. Saya menempati urutan ketiga saat berangkat, tepat berada di belakang kepala wilayah saya.
Kegiatan terdiri dari 22 peserta |
Rute pertama yang dilewati adalah perkebunan pohon karet. Masih
aman dikarenakan medannya adalah turunan, jadi tidak perlu mengeluarkan tenaga
ekstra untuk awal-awal. Setelah melewati perkebunan karet, tambak ikan dan
udang menghiasi pemandangan kanan dan kiri. Rupanya tambak merupakan salah satu
mata pencaharian warga desa sini. Setelah melewati kira-kira 4-5 tambak,
sampailah kami di pos satu.
Saat itu saya masih di urutan ketiga, seharusnya bisa berhenti di pos untuk beristirahat sebentar apabila lelah. Tetapi, urutan pertama dan kedua tidak berhenti. Maka saya pun gengsi untuk berhenti. Padahal sudah mulai terasa sedikit lelah. Maklum, jarang sekali olahraga.
Setelah melewati pos pertama, hamparan sawah mulai terlihat di mata dan kiri. Setelah tambak, kini mata disejukan oleh sawah yang mulai menguning. Saat itu sepertinya saya tertinggal jauh dari kepala wilayah saya, karena beliau sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya.
Maka saya memutuskan untuk beristirahat sebentar dan menikmati pemandangan sambil menunggu teman yang masih di belakang saya. Rombongan pertama lewat dan terdiri dari tiga orang, saya tidak terlalu mengenal mereka. Jadi saya putuskan untuk menunggu teman saya saja. Rombongan kedua lewat, dan saya masih memutuskan untuk tidak ikut. Akhirnya teman-teman saya lewat di rombongan keempat.
Posisinya saat itu para laki-laki di depan dan perempuan di belakang. Saya menempati posisi paling belakang dikarenakan teman perempuan saya tidak terlalu cepat mengayuh sepedanya, daripada dia tertinggal maka saya memilih untuk di belakang dia sambil sesekali mengawasi.
Ketika melewati pos kedua, nampaknya para lelaki sudah tidak sabar menunggu kami. Maka saya persilakan saja mereka untuk jalan terlebih dulu daripada menunggu kami yang lamban ini. Kecepatan mengayuh sepeda saya dan teman saya pun mulai sangat berkurang. Saya sempat menawarkan teman saya untuk disubtitusi di pos ketiga, namun dia enggan. Saya juga tidak mau, gengsi! Lagipula pantai tersebut sepertinya tinggal 2 - 3 KM lagi. Saya masih di posisi belakang untuk mengawasi dia. Sempat terfikir untuk mengayuh lebih cepat dan menyalip, namun saya urungkan karena takut nanti dia ngambek.
Tapi ternyata, mengayuh sepeda pelan-pelan menyenangkan juga. Saya yang awalnya berambisi finish pertama, malah tertinggal jauh di belakang. Tapi saya tidak menyesal, karena bisa menikmati perjalanan dan pemandangan yang tentunya jarang saya temukan selama berada di Jakarta. Sampailah akhirnya kami di pos ketiga lalu Pantai Jodo. Tentunya di barisan paling belakang. Hehehehe.
Pantai Jodo & Bukit Cinta
Sesampainya di Pantai Jodo, saya memutuskan untuk bersantai di kursi-kursi malas yang disediakan di tepi pantai sambil menikmati segelas kopi sachet yang dijual oleh pedagang sekitar. Sambil bersantai, saya mengamati keadaan sekitar. Saat memasukin pantai jodo, terdapat tugu yang bertuliskan Pantai Jodo berwarna-warni yang sangat iconic, tugu tersebut menjadi salah satu spot favorite oleh para pengunjung.
Setelah kira-kira bersantai kurang lebih dua puluh menit, atasan saya mengajak untuk naik ke Bukit Cinta. Bukit Cinta berada di lokasi yang sama dengan Pantai Jodo, tetapi harus berjalan sedikit lebih jauh ke dalam.
Namun ternyata, Pantai Jodo dan Bukit Cinta dipisahkan oleh rel kereta api aktif yang menghubungkan Jakarta - Semarang. Selain itu, sepeda tidak bisa dibawa naik ke atas Bukit Cinta karena medannya terlalu curam dan berbahaya. Maka sepeda ditinggal di pinggir rel dan ada panitia yang berjaga di sana.
Pinggir rel kereta api ini juga merupakan salah satu spot foto terbaik, ketika hendak menyebrang untuk naik ke atas Bukit, banyak juga teman-teman lain yang berhenti sebentar untuk berfoto.
Saat hendak menaiki Bukit Cinta, awalnya saya ragu-ragu, Saya bukan anak nanjak banget. Saya suka berjalan kaki, namun tidak dengan tanjakan. Terlebih saya habis bersepeda dan kaki masih terasa gemeteran.
Tanjakan menuju Bukit Cinta |
Namun, rasa penasaran lebih mengalahkan rasa ragu-ragu saya.
Memang sedikit berat dan lambat dibandingkan yang lain. Tapi ternyata,
pemandangan mengalahkan segala rasa letih saya.
Hamparan laut biru Pantai Utara Jawa terlihat jelas. Bagi kalian yang sudah sering melewati atau datang ke Pantai Utara pasti paham bagaimana warna pantai tersebut. Namun, dari Bukit ini kita bisa melihat warna biru laut tersebut yang hanya bisa kita lihat setelah sekitar 5KM berlayar dari tepi pantai.
Sambil menikmati pemandangan yang maha dahsyat ini, teman saya nyeletuk; “Mbak Lala, tau nggak katanya kalo selfie di sini bisa cepet ketemu jodohnya, katanya sih.” Saat itu saya hanya tertawa-tawa mendengarkannya. Bagi saya, jodoh itu takdir yang datangnya sudah diatur, bukan karena selfie atau mengunjungi sesuatu.
Setelah kira-kira tiga puluh menit di atas sana, kami memutuskan turun dan pulang dikarenakan cuaca sudah mulai terasa sangat panas.
Puncak Bukit Cinta |
Perjalanan Pulang
Ketika perjalanan pulang, saya dan teman perempuan saya serta istri dari salah satu rekan kerja berada di posisi belakang. Saya tidak lagi berambisi menjadi nomor satu, saya hanya ingin menikmati pemandangan selama mengayuh sepeda.
Dikarenakan mengayuh sepeda dengan santai dan tidak terburu-buru, saya berhasil melewai pos ketiga dan kedua tanpa lelah sedikitpun. Namun, saat mau menuju pos pertama, saya mulai terasa berat dalam kayuhan. Posisi saya saat itu masih paling belakang.
Ketika sudah melewati pos satu yang artinya tinggal sedikit lagi sampai ke rest area, mendadak kaki saya lemas sekali. Padahal di sana masih ada tanjakan sebelum kebun karet, serta tanjakan di kebun karet sebelum memasuki area belakang rest area.
Semi Subtitusi
Terlihat di depan istri rekan saya sudah dibantu oleh suaminya yang juga rekan saya untuk terus mengayuh di tanjakan, sementara teman saya yang berada tidak jauh di depan saya sudah turun dari sepeda dan menggiring sepeda sembari berjalan. Tertinggal saya di belakang yang masih mengayuh sepeda pelan-pelan karena sudah tidak kuat.
“La, kamu masuk mobil aja, biar digantiin aja naiknya!” Tiba-tiba ada suara dari sebelah kanan saya. Terdengar suara manager saya dari dalam mobil.
“Moh, gengsi aku!” Sambil tertawa saya menolak ajakannya. Dia hanya menertawakan saya sembari membuka pintu mobil, ternyata teman saya tidak kuat dan memilih untuk subtitusi.
Sambil terus mengayuh akhirnya sampailah saya di pintu perkebunan karet. Sudah tidak kuat lagi, tapi juga enggan untuk disubtitusi. Beruntung ternyata masih ada satu rombongan panitia di belakang.
Mereka sepertinya paham saya sudah tidak kuat namun tidak ingin diganti. Mereka pun menawarkan bantuan untuk mendorong saya dari sepeda. Jadilah saya tidak digantikan, namun pundak saya didorong oleh salah satu panitia dari sepeda mereka. Saya menyebutnya semi subtitusi, tidak diganti tapi tetap ditolong hahaha.
Akhirnya sampai juga di rest area, manager saya melihat saya dibantu oleh panitia dan menertawai saya.
“Makan tuh gengsi!” Ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Saya hanya tersenyum-senyum, malu!
32 Comments
Hehe.. setidaknya udah berusaha dan dapet pemandangan yang bagus yah :D :D
ReplyDeleteIya Alhamdulillah udah nyoba
DeleteKo aku pengen bersepeda kayak gini... Tp gaada teman yg mau d ajakin sepeda jauh
ReplyDeleteHahaha sendiri aja kak kalo enggak ada temennya
DeleteKeren bener!Kayaknya seru nih kalo ikut next time wkwkw bersepeda ini sebenernya olahraga gue dari gua kecil, jadi kecil bahkan pas SMP berangkat ke sekolah juga naik sepeda. Kayaknya gua harus mulai lagi deh... Barengan dong La!!!! hehehe
ReplyDeleteSini ke Semarang Us, gue ajak naik-turun bukit hahaha
DeleteDalam olahraga, kalau merasa sudah ga kuat sebaiknya ga usah dipaksakan. Ga perlu gengsi segala. Kalau capek yaa istirahat. Apalagi jarang olahraga, jdi badan akan menyesuaikan dulu dg kondisi.
ReplyDeletePemandangannya bagus. Ini pemandangan yg selalu dinantikan kalau perjalanan kereta jakarta-semarang
Iya Mas, mungkin kedepannya tidak akan seperti itu lagi. Benar, pemandangan yang selalu dinanti tiap naik kereta.
DeleteWahh keren, acara yang menyenangkan sekali ini pastinya, ditambah View nya juga sangat menarik, Tapi kalo memang sudah ngak kuat tidak ada salahnya Mba mencoba Subsitusi, takutnya kalo dipaksakan juga membahayakan keselamatan Mba Sendiri
ReplyDeleteNext aku gak akan kayak gitu lagi Kak, makasih sarannya :)
DeleteBesok paginya, gimana betis dan otot paha, aman?
ReplyDeletePegel tiga hati tiga malem hahaha
DeleteWkwkwkwkwk gengsi bener-bener bisa jadi motivator terbaik juga ya kak, walau tentunya akan sangat lelah hahaha.
ReplyDeleteTapi syukurlah akhirnya bisa sampai juga. Selamat Kak, sudah berhasil mengalahkan diri sendiri!
Iya, makasih Kak :)
Deletewahahahha ga kebayang itu sepedahaan 14 KM laaa, aku yg klo sepedahan muter2 komplek rumah sama desa klo di kampung aja udah engap hahhaha. Gengsiii yaa udh bilang ga mau subtitusi hahahha
ReplyDeleteKaaak jangan sering-sering begitu ah, bahaya. Kalau udah ga kuat jangan gengsi.
ReplyDeleteBtw aku bayangin pemandangannya kok iri, pengen juga ih tapi ga bisa naik sepeda huhu
Enak tuh olahraga sepeda klw rutin setiap minggu dilakukan. Rekor gw bawa sepeda di 35km, PP.
ReplyDeleteUntung kamu nggak kenapa2 kaak. Takutnya udah kecapekan hilang konsentrasi juga. Tapi jadi pelajaran ya. Besok2 sudah tahu harus bagaimana. Untung pemandangannya bagus juga ya jadi bisa jadi obat lelah.
ReplyDeleteLuar biasa ya, gengsi mengalahkan segalanya. Wkwkkw
ReplyDeleteAkhirnya bisa finish dan tetap ngayuh sepeda meski sudah tertatih-tatih..
Mantap
Wah, jangan-jangan pemandangan pantai sebelum masuk ke stasiun semarang itu, sama kaya pemandangan pantai di foto ini yah?
ReplyDeleteKok aku malah tergiur sama pantai ya la. Enak banget diliatnya. Bisa biikin capeknya ilang.
ReplyDeleteEmg bener sih kak kalo gak terbiasa olahraga pasti gak kuat ngayuh gitu, yang paling berasa tuh betis nya sih kak
ReplyDeleteKayanya seru yah mbak lala sepedahan dengan pemandangan kaya gitu, jadi pengen :D
ReplyDeleteItu kakimu malemnya sakit gak la? Aku pernah udah lama banget gak nyepeda, pas nyepeda malemnya kakiku bengkak, sampe nangis-nangis aku, haha
ReplyDeleteNaik sepeda keliling seperti itu memang menyenangkan dan bisa utk healing stress juga ya. Apalagi melihat pantai yang tenang dan adem begitu
ReplyDeleteHebat, Lala yg baby boomer bisa sepadaan jarak jauh gt. Tp emang bener, ngejar jadi nomor 1 itu ga enak. Lebih enak tekun menikmati prosesnya, kalo nantinya jadi nomor 1 anggep aja bonus.
ReplyDeleteHahaha... Kak Lala banget ini. Berani mencoba, komitmen dan berhasil finish... Keren kak, dapat olahraga dan freshkan mata atas landscape hijau (sawah, bukit ) dan biru (pantai / laut ) . Jadi setelah bersepeda ke Pantai Jodoh Batang, ada rencana bersepeda kemana lagikah kak? Salam olahraga, yuks
ReplyDeleteLaut area batang ini memang sangat dinanti pengguna kereta api jalur Pantura.
ReplyDeleteSemoga setelah foto di bukit cinta dan pantai Jodi segera dipersatukan dengan jodohnya yah, Laaa
Wah seru banget ka lala pengalaman sepedahannya. Udah lama ga sepedahan. Huhu
ReplyDeleteWah seru sekali kegiatan bersepedanya kak😃 dan ternyata rasa gengsi itu bisa menjadi sebuah motivasi yang positif juga yak,meski pada akhirnya bisa merasakan juga apa akibat dari sebuah rasa gengsi itu haha..tapi pengalamannya luar biasa mantaps😅😘 mulai dari ambisi, setia kawan sampai menikmati momentnya. Semuanya keren, ikut seneng jadinya. Jangan kapok untuk berolahraga berarti ya hehe.. ◇Anni◇
ReplyDeleteKalo kayak gini, gw juga bakal santai sepedaannya. Pemandangannya cakep dan langka juga bisa sepedaan di alam terbuka begitu. Keren sih ini.
ReplyDeleteIni makanan suamiku kalo sepedaan jauh gini 😄. Krn puasa aja dia libur dulu. Aku sendiri ga yakin masih bisa atau ga naik sepeda mba 🤣. Trakhir naik SMP soalnya 😅. Trus ga pernah lagi Ampe skr. Walopun rutin jogging, tapi rasanya pasti beda Ama sepeda apalagi jarak yg agak jauh gitu 🤣. Tapi aku ga keberatan kalo view yg dilewati baguuus begitu, selama ini liat pantai Utara hanya kalo sedang mudik, ngelewatin doang 😅.
ReplyDelete