“Pah, adek kangen....”
Sebagai anak bungsu dari dua
bersaudara dan merupakan satu-satunya perempuan, membuat saya mendapat tempat
spesial di hati kedua orangtua saya, terlebih ayahanda.
Papa, begitu saya selalu
memanggil beliau. Selalu memperhatikan kebutuhan saya sedari kecil, hingga
sekarang ini. Beliau tidak pernah berhenti memberikan seluruh perhatiannya
untuk saya. Meskipun kini saya sudah bukan tergolong anak kecil lagi.
Papa selalu menganggap saya
sebagai anak kecil. Jelas sekali, walaupun saya sudah bekerja, beliau tetap
memperlakukan saya layaknnya anak kecil yang masih beranjak dewasa. Jika hujan
turun saat hendak berangkat kerja, beliau akan mengantarkan saya tepat sampai
di lobby gedung tempat bekerja. Atau, saat harus pulang terlalu malam ketika
harus mengerjakan pekerjaan yang tidak kunjung selesai, beliau dengan sigap
akan menjemput saya tepat di depan ruangan kantor saya.
Tidak hanya urusan antar-mengantar,
soal laki-laki dia juga sangat protektif. Tanyakan saja kepada setiap lelaki
yang saya kenalkan kepada beliau, dia akan berlaku judes layaknya melihat musuh
sendiri depan mata. Seolah tak rela jika anak gadisnya jatuh cinta kepada orang
lain selain dirinya. Seolah tak rela jika suatu saat anak gadisnya ini menjadi
milik orang lain.
Namun, sayangnya semua perhatian
dan perlakuan beliau kepada saya harus berhenti saat saya berumur 25. Pada
akhirnya, yang maha kuasa memanggil dia lebih dulu ketimbang harus melihat anak
gadisnya duluan untuk diambil orang. Pada akhirnya, dia yang pergi duluan
meninggalkan anak gadisnya, ketimbang melihat anak gadisnya pergi duluan dengan
lelaki pilihannya.
Papa memang memiliki riwayat
sakit jantung dari tahun 2009, tidak hanya sekali beliau divonis memiliki umur
pendek. Tidak hanya satu dokter yang berkata seperti itu. Namun, beliau tetap
optimis untuk kesembuhan dan kesehatannya.
Masih teringat jelas, beliau
mengeluhkan dadanya sakit saat pulang dari Surabaya. Ketika kami membawa beliau
kerumah sakit, dokter bilang seperti gejala penyakit jantung koroner. Dan,
dokter pun menyuruh untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Setiba di rumah pun, saya
langsung mencari tahu apa itu jantung koroner. Ternyata jantung koroner
merupakan salah satu bagian dari penyakit jantung yang mematikan dan belum ada
obatnya. Jantung koroner berasal dari rokok. Sebelumnya, papa memang perokok
berat yang tidak bisa menghentikan kebiasaannya. Dan ternyata, memang itulah
sumber segalanya.
Saat itu kami sekeluarga seperti
tidak memiliki harapan, saya pun pasrah. Sedari 2009, saya sudah pasrah jika
suatu saat nanti papa memang harus pergi. Perasaan itu semakin menjadi ketika
dokter memang memvonis papa memiliki jantung koroner, dan bagaimana melihat
papa harus bolak-balik rumah sakit karena penyakit jantungnya itu.
Tetapi, kami sekeluarga tetap
optimis bahwa papa bisa sembuh. Kondisi papa dari tahun ke tahun pun semakin
baik. Bahkan saat beberapa tahun terakhir, papa hanya meminum obatnya saat akan
bepergian jauh atau saat menyetir. selebihnya tidak.
Namun ternyata, harapan tetaplah
harapan. Malam itu, 28 Februari 2018 pukul `00.30 pagi, kakak ipar membangunkan
saya. Sayup-sayup terdengar suara syahadat dari ruang tengah. Ternyata mama
sedang mengurus papa yang merintih kesakitan.
Saya terdiam saat menghampiri
mereka, tanpa terasa saya menangis melihat papa. Sementara papa, dengan
sabarnya tetap mengoleskan minyak ke sekujur tubuh papa agar papa terasa lebih
hangat. Tak lama kemudian abang saya ikut datang menghampiri dan ikut
membisikan syahadat kepada papa.
Selagi terus membisikan syahadat,
mama bercerita papa kumat saat hendak shalat malam. Beliau memang biasa shalat
malam saat tengah malam hingga fajar tiba. Dua kali juga papa step dan tidak
bisa menutup mulut. Saya semakin terisak mendengar cerita mama. Papa pun
melihat saya menangis dan melarang saya untuk menangis, bahkan jika nanti papa
habis umur, saya tidak boleh menangis ataupun ikut menguburkannya.
Pukul 02.30, papa ingin buang air
besar. Dan benar saja, kami meletakan pispot untuk papa buang air, dia mengeluarkan
banyak sekali isi dalam tubuhnya. Tidak
berhenti hingga setengah jam berikutnya. Setelahnya, papa pun semakin merasa
sakit dan sesak yang menjadi. Dan pukul 03.30, saya dan abang pun membawa papa
kerumah sakit.
Tak lama sampai rumah sakit,
kakak menemani papa masuk ruang IGD, sementara saya mengurus administrasi.
Selagi saya masih mengurus administrasi, suster berlarian menuju ruang IGD.
Saya pun merasa tidak enak lagi. Saya ikut lari menuju ruang IGD, dan melihat
kakak sudah menangis tersedu-sedu. Sementara dokter, masih terus mencoba untuk
melakukan segala yang terbaik untuk papa.
Innalillahiwainnailahirodjiun,
pukul 04.07 papa akhirnya berpulang kepada yang maha kuasa. Semenit setelah
dokter menyuntikan obat, nadinya langsung berhenti. Beliau pulang dengan
mengucap syahadat tanpa henti di bibirnya.
“Terima kasih banyak, papa. Atas
25 tahun yang memang terasa sangat sebentar ini. Adek selalu berharap dan
berdoa kita bisa bertemu lagi nanti... Tunggu adek pah, adek sedang berjalan
kesana....”
45 Comments
Semangat Kak Lala, doakan selalu papa nya.
ReplyDeleteBaca tulisan ini, jadi inget kejadian 10 tahun lalu waktu nemenin Bapak didetik-detik sakaratulmaut.. semangat Ka Lala, selalu doain papanya tiap solat biar bahagia di alam sana amin 😁
ReplyDeleteAllahumma firlahu, warhamdu, wa'afihi wa fuanhu. Alfatihah.
ReplyDeleteSaya juga kangen Bapak saya, beliau juga belum sempat mengantarkan anak2nya menikah. Semoga ayah kita dilapangkan kuburnya, dan suatu saat kembali berkumpul di JannahNya yaaa. Aamiin.
Salah satu amalan yang tidak terputus walaupun sudah meninggal adalah doa anak yang sholeh. Tetap semangat ka Lala, jangan pernah terputus untuk mendoakan almarhum Ayah. Semoga kelak dipertemukan kembali di jannah-Nya. Aamiin Allahuma Aamiin
ReplyDeleteTetap semangat kak Lala, Insha Allah, ayahanda selalu berharap memiliki anak yang solehah, agar kelak amalan anaknya tetap menjadi amal jariyah buat orang tuanya.
ReplyDeleteSemangat Lala, tetep semangat dan selalu mendo'akan beliau ya :)
ReplyDeleteSelalu do'akan alm papa nya ya Lala, dan tetap tersenyum untuk menjalani harinya :)
ReplyDeleteTetap semangat Ka Lala. Tidak terputus doa anak anaknya kepada beliau. Hanya doa yg menjadi jembatan saat yg kita cintai mendahului kita. Dan kaka lala beruntung mempunyai kenangan yg baik terhadap papanya.
ReplyDeleteLala, tetap semangat ya! berdoa yang terbaik juga untuk alm. papa
ReplyDeleteAssalamualaikum Kak Lala, semoga papa khusnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Dalam istirahat panjangnya, beliau tetap ada di diri kita.... Al Fatihah
ReplyDeleteSemoga Papa husnul khotimah, La. Kamu yang tabah, ya. Bersyukur bisa menyaksikan langsung detik-detik saat sakaratul mautnya. Sekarang, berjuang untuk berdamai dg rasa kangen sama Papa. Pasti bisa, La. Pasti!
ReplyDeleteSedih La bacanya jd inget mamaku...
ReplyDeleteLa, ada satu yang masih diharapkan almarhum sampai sekarang, sampai besok2: perilaku anaknya yang sholih/ah, satu dari tiga hal yang menambah timbangan almarhum pasca tiada
ReplyDeleteMy deepest condolence..
ReplyDeleteKemarin saya sempat baca berita d grup kalo ayah mbak Lala meninggal. Luar biasa banget mau menuliskan dan membagikan kisahnya disini karena pastinya terasa sangat emosional..
MasyaAllah berpulangnya indah sekali dengan syahadat.. :)
ReplyDeleteSemoga khusnul khotimah papa nya, orang tua tak akan bisa tergantikan...orang tua mungkin bukan orang terbaik tetapi telah memberikan yang terbaik buat anak-anaknya, sekarang tinggal kita mendoakannya
ReplyDeleteAku baca ini langsung menetes Lak,karena seorang ayah itu benar-benar cinta pertama setiap anak perempuannya. Sampai kapanpun pasti akan menjaga anak perempuannya.
ReplyDeletePapamu masih punya tabungan anak shaleha, doa darimu Lak.
Semoga kita termasuk anak-anak sholeh/sholeha yang mampu membahagiakan orang tua dunia-akhirat. Aamiin
Orang baik pasti akan mendapatkan terbaik di sisi-NYA. Semangat Kak Lala :)
ReplyDeletesemangat ka lala:))))))
ReplyDeleteyou're always be a daddy's girl
ReplyDeleteAku ikut menitikkan airmata, La, cz papa lala terasa dekat juga karena lala sering cerita tentang papa lala d grup awan... Semangat, Lala, terus do'akan papanya ya, insyaAllah beliau Husnul Khotimah 🙂
ReplyDeleteLala, keep being strong Dear. Thank You for sharing your story.
ReplyDeleteYa Allah, saya ikut nangis. Sama-sama anak bungsu dan sudah ditinggal Papa sebelum menikah. Semangat Kak Lala. semoga Papa kita husnul khotimah.
ReplyDeleteLala jangan lama-lama sedihnya ya. Biar Papa ga ikutan sedih. Harus kuat ya kayak Papa dulu. 😊
ReplyDeleteSemuanya akan kembali pada sang pencipta, semoga khusnul khotimah papany lala.
ReplyDeleteShalat malamnya hebat,pantas diakhir hayatnya bisa mengucap syahadat. Insyaalloh surga..
Al Fatiha buat Alm. Bapak, semoga khusnul khotimah
ReplyDeletePapaku juga sudah berpulang tahun 1992..my first love
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Papa yang penyayang..semoga beliau husnul khatimah. Aamiiin.
ReplyDeleteDan aku nangis bacanya, padahal lagi di kantin sekolah. Yang kuat ya Lala, doakan Papa terus
ReplyDeletekeindahan dan kebahagian dari papa memang wow. dimanapun dia, doakan, buat dia juga bahagia dan indah di tempatnya.
ReplyDeleteSemangat la, selalu berdoa untuk papa.
ReplyDeleteAyah selalu memiliki ceritanya sendiri, semangat dan tetap bertahan ka.
ReplyDeleteSedih euy bacanya. Doain selalu ya Ayahnya. Semangat kaka.
ReplyDeleteEnggak kerasa aku ikutan nyesek dan berkaca2 pas baca cerita kak lala. Semoga almarhum di beri tempat terbaik di sisi Allah kak. Aamiin
ReplyDeleteLala, aku gak kuat bacanya. Lala hebat, Lala kuat banget, titi bangga liatnya. Semangat terus, La. Jangan berhenti kirim doa.
ReplyDeleteKesalahan terbesar hari ini. Baca tulisan ini ketika masih di kantor, ga kuat bacanya, sedih banget. jadi, inget bapak di rumah yang hari ini ulang tahun ke 68.
ReplyDeleteKirim alfatihah untuk ayahanda Ka Lala. Serta doa agar Ka Lala dan keluarga selalu tabah dan sabar. Aamiin
Aku sampe nangis bacanya. Lala yang semangat, yaaaa...
ReplyDeleteaku juga punya dua kaka lelaki dan aku cewek sendiri yang selalu merindukan bapak. yang sudah gak ada. aku merasakan itu semua. tetap doa untuk papa ya La..
ReplyDeleteAnak perempuan pasti mengidolakan sosok ayahnya. Betul kan mbak.
ReplyDeleteBaca ini bikin aku nangis la... Walaupun aku gak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah.Semoga beliau khusnul khotimah ya la, amin.
ReplyDeleteTetap semangat, Lak
ReplyDeleteTetap semangat, la. Show must go on. Terharu bacanya.
ReplyDeleteLala yg sabar dan tegar. Terimakasih sudah berbagi. Doa utk Lala dan keluarga :)
ReplyDeletesyedih
ReplyDeletejangan lupa utk selalu memberi "hadiah" selepas sholat,hanya itu yg bisa dilakukan agar beliau tenang disana
ReplyDeletesedih la...inget bapak juga jadinya...
ReplyDelete