Kupas Tuntas Mitos Atau Fakta Pendakian Gunung Bersama Backpacker Jakarta dan RS Firdaus



Menaburkan garam di sekeliling tenda saat camping supaya ular tidak mendekat, itu mitos atau fakta sih? Nah, kali ini komunitas Backpacker Jakarta bekerja sama dengan RS Firdaus mengadakan diskusi santai namun berbobot tentang mitos atau fakta pendakian gunung.


Acara ini berlangsung di Casapatsong Kitchen Express, Jalan Raden Saleh No.55, RT.1/RW.2, Menteng, RT.1/RW., Jl. Cikini 2, RT.1/RW.2, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Dimulai dengan absen peserta oleh Backpacker Jakarta lalu pemeriksaan gula darah dan golongan darah gratis oleh RS Firdaus.


Diskusi Santai ini di moderatori oleh Mbak Nisa, dari RS Firdaus dan menghadirkan lima pembicara yaitu
  1.  dr Ridho Adriansyah, dr spesialis penyakit dalam dari RS Firdaus, yang menjelaskan pendakian dari sisi medis.
  2. Harley B. Sasta, penggiat alam, penulis, dan pemerhati konservasi alam dari federasi mountaineering Indonesia.
  3. Tyo Survival, eks host survival, jejak petualang, co host berburu di TRANS 7.
  4. Siti Maryam, survivor 4 hari 3 malam di Rinjani
  5. Edi M Yamin, founder Backpacker Jakarta

Sebelum dimulai, Mbak Nisa menjelaskan sekilas tentang RS Firdaus yang melatarbelakangi acara diskusi ini. RS Firdaus merupakan rumah sakit yang beralamatkan di Komplek Bea Cukai, Jalan Siak J 5 No. 14, Sukapura, Cilincing, RT.1/RW.7, Sukapura, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.


Awal dibangunnya RS Firdaus adalah pembangunan Klinik Firdaus, didirikannya praktek dokter umum  pada tahun 1995 yang bertempat di jalan Siak No. 14  Sukapura, Jakarta Utara . Praktek dokter umum atas nama dr. Bahtiar Husain. Tanggal 7 April tahun 1998 dr. Bahtiar Husain mengajak teman-teman dokter umum lain untuk membuka ”KLINIK FIRDAUS” dengan pelayanan  Praktek Dokter Bersama 24 Jam. Pada tahun 2004 dan bersamaan telah selesainya pendidikan Spesialisasi dr. Bahtiar Husain sebagai ahli paru maka Klinik FIRDAUS berubah menjadi “ Praktek Dokter Spesialis Berkelompok” dimana layanan PARU menjadi layanan utama. Dan Klinik Firdaus berubah menjadi RSP Firdaus pada tanggal 28 Mei 2011. Dan setelahnya menjadi RS Umum Firdaus.

"Kami mendedikasikan dan menggabungkan keterampilan, pengetahuan dan pengalaman tim dari setiap aspek yang dimiliki, mencakup ruang lingkup medis maupun non medis yang didukung oleh teknologi, penggunaan sarana dan prasarana yang terus berkembang, menjadikan pelayanan di RS Firdaus sebagai pelayanan perawatan yang berbasis tim ( team base care ), untuk mencapai  pelayanan maksimal yang bekelanjutan."  -dr. Bahtiar Husain S, Sp.P, M.H.Kes

RS Firdaus merupakan salah satu deretan rumah sakit terbaik dalam BPJS, sesuai dengan motto mereka yaitu "Melayani dengan Hati." Untuk lebih detailnya bisa mengunjungi RS Firdaus di website mereka, yaitu http://rsfirdaus.co.id/index.php


Kembali ke acara diskusi yang berlanjut, masing - masing narasumber menyampaikan isi paparan mereka dalam diskusi tersebut.


Dimulai dengan Mas Harley yang menjelaskan tentang mitos atau fakta dalam pendakian gunung, menjelaskan apa itu mitos terlebih dahulu. Mitos sendiri  adalah suatu cerita atau dongeng berlatar belakang kisah kejadian masa lalu. Cerita biasanya dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat, alam, ada istiadat. Mas Harley memberikan point - point tentang mitos atau fakta, contohnya seperti; Pendaki gunung itu kuat, pendaki gunung hidupnya tidak teratur, pendaki gunung itu pecinta alam, dan saat datang bulan perempuan tidak boleh mendaki gunung. Apakah semuanya mitos atau fakta? Semua dikupas oleh Mas Harley dalam diskusi ini.


Di akhir sesinya, Mas Harley mengingatkan bahwa kita adalah tamu dalam setiap perjalanan maka dari itu hormati dan ikuti aturan serta budaya yang berlaku.


Harley B. Sasta
 Selanjutnya, Mas Tyo Survival yang sudah ahli dalam ular melanjutkan sesi diskusi. Keren ya udah mahir dalam ular, saya saja biasa main sama buaya belum mahir - mahir. Secara saya mainnya sama buaya darat. 


Mas Tyo membagi tips tentang apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum pendakian. Contohnya seperti trash bag, ternyata trash bag memiliki banyak fungsi. Bisa menjadi alas shalat, cover bag, alas tidur, dan lainnya. Mas Tyo juga menjelaskan tentang perlunya kemampuan menciptakan api dari batu dengan cara menggesekan batu. Batunya juga tidak sembarang batu, batu api namanya. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di alam maka dari itu kita perlu memiliki kemampuan seperti itu untuk menjaga - jaga. 


Yang seru adalah saat Mas Tyo menjelaskan tentang ular dan garam. Beliau mengeluarkan ular kesayangannya yang diberi nama Afri. Ular saja disayang banget sepertinya, gimana pasangan hidup ya Mas? 


Dan ternyata, ular takut dengan garam itu hanya mitos belaka. Ularnya Mas Tyo tidak takut sama sekali dengan garam. Ular itu menurut sama Mas Tyo, ternyata dia sedari kecil sudah menangani ular, udah khatam soal ular. Hebat Mas! Saya dari remaja menangani buaya darat, belum khatam sampai sekarang.


Tyo Survival dan Afri


Nah, selanjutnya adalah sesi yang sangat saya tunggu yaitu sesi Siti Maryam dan Edi M Yamin. Siti, pendaki gunung yang hilang 4 hari 3 malam di Rinjani saat mendaki gunung Rinjani bersama Edi. Dimulai dengan Edi yang menceritakan kronologis hilangnya Siti, yaitu ternyata saat Siti izin turun duluan untuk buang air setelah summit di Rinjani. Siti melihat ada lapangan hijau luas di depan matanya saat mencari mata air, lalu Siti mengikuti pandangan matanya tersebut. Namun ternyata dia malah terperosok di tepi jurang. 


Lanjut Siti menceritakan pengalaman - pengalaman mistisnya selama hilang. Dia melihat ada pintu yang dijaga banyak orang saat malam, dan ketika pagi hari baru dia menyadari bahwa pintu itu adalah jurang. Beruntung dia tetap di posisinya bertahan dan tidak berjalan menuju pintu tersebut. Ada juga seperti orang lain di sisi dia, hilir mudik dalam bayangan hitam dan putih. Saya merinding mendengar cerita Siti tersebut.


Beruntung Siti bertemu dengan penggembala sapi saat dia berjalan mencari pertolongan. Siti meminta tolong kepada penggembala tersebut, dan penggembala tersebut menolong Siti. Siti dibawa ke Puskesmas terdekat dan diperiksa, Alhamdulillah dia dalam keadaan baik - baik saja. Padahal selama hilang Siti hanya minum madu dan makan permen.


Yang hebat adalah sisi psikologis Siti Maryam dan Edi M Yamin. Bagaimana Siti tetap tenang dalam hilangnya dia, dikarenakan dia ternyata rajin puasa senin - kamis, kunci ketenangan dan pengendalian diri dalam hilangnya dia. Juga Edi yang terus percaya bahwa Siti akan ditemukan sampai bolak - balik summit Rinjani hingga tiga kali. Sungguh sangat bertanggung jawab dalam pendakian, Edi tidak lepas tangan dan hanya menyerahkan kepada TIM SAR, namun juga ikut bekerja keras dalam pencarian. sifat pemimpin yang patut dicontoh. 




Selanjutnya tak kalah seru dr. Ridho Adriansyah juga menjelaskan pendakian dari sisi medis. dr Ridho, ternyata juga saat mudanya adalah pendaki gunung. 

dr Ridho menuturkan kondisi kesehatan Siti Maryam, menurut dr Ridho, Siti Maryam ada baiknya memeriksa ginjalnya, dikarenakan manusia bisa hidup tanpa makanan namun tidak bisa tanpa minuman. Batas tidak minum adalah tiga hari. Selebihnya kondisi ginjalnya dipertanyakan.

Lalu, tentang obat - obat yang harus dipersiapkan dalam mendaki gunung. Baik itu perorangan ataupun dalam kelompok. Selain itu juga beberapa mitos atau fakta tentang penyakit yang tidak diperbolehkan naik gunung. Seperti asma dan jantung bocor. Ternyata penderita asma dan jantung bocor bisa mendaki gunung asalkan pada kaedah dan peraturan yang benar.

Terakhir, beliau menjelaskan  tentang gejala - gejala penyakit yang kemungkinan bisa hadir saat mendaki gunung dan juga cara mengatasinya. Pada akhirnya dr Ridho pun menekankan tentang limit ketahanan setiap orang itu berbeda, bila tubuh sudah mendekati limit maka jantung tidak lagi memberikan kompensasi. Maka tahukan apa yang terjadi selanjutnya?  



dr Ridho Adriansyah

Sesi diskusi ditutup dengan tanya jawab dan doorprize, dan kesimpulan dan pelajaran yang saya dapat banyak sekali dalam diskusi ini. Antara lain adalah; Tentang kesiapan mental mendaki gunung, peralatan yang dipersiapkan dalam mendaki, obat - obatan yang harus dibawa dalam mendaki, bagaimana mengatasi penyakit yang tiba - tiba muncul saat mendaki, juga kunci ketenangan dalam mendaki gunung. 

Terima kasih kepada Backpacker Jakarta yang telah bekerja sama dengan RS Firdaus dalam diskusi santai mitos atau fakta pendakian gunung. Sangat bermanfaat untuk saya yang masih awam dalam pendakian gunung. Pada akhirnya kita tahu bahwa batas tubuh kita berbeda dan hanya kita yang tahu sampai mana batas kita, saat itulah kita tahu kapan kita harus beristirahat dan berhenti.

Salam, Pipi Bolong.

Post a Comment

19 Comments

  1. La, aku ngakak baca ini "saya saja biasa main sama buaya belum mahir - mahir. Secara saya mainnya sama buaya darat." Hahah

    Acaranya kaya ilmu banget ya la, nyesel deh kemarin gak bisa ikut, hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perlu penanganan khusus dalam menjinakkan buaya darat, ning! Iya keren banget deh acaranya. Next review bareng ya Ning!

      Delete
  2. Bwrmabfaat bangetbya sharing nya, jadi pengen naik gunung saya, hehehe...

    ReplyDelete
  3. Duh seru bgt.. sayang ak ga bisa ikut 😣

    ReplyDelete
  4. Yuk mbak, nanjak. Siapa tau dapat pengalaman yg tak terlupakan.

    ReplyDelete
  5. Ternyata ular ga takut garem ya. Selama ini salah. 😊

    ReplyDelete
  6. Lengkap banget Ka padahal kemarin sibuk kesana kemari :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biarpun kekanan kekiri tapi otak dan hati tetap fokus ke dia, eh ke depan maksudnya.

      Delete
  7. Ingat2 kalo sdg trip selalu tanamkan quote ini. "kita adalah tamu dalam setiap perjalanan maka dari itu hormati dan ikuti aturan serta budaya yang berlaku."

    ReplyDelete
  8. serem2 seru ya naik gunung, sampe ada mitos2nya juga ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, ada yg budaya setempat yg harus kita hormati juga.

      Delete