Libur tiga hari itu rasanya selalu sayang kalo dibiarkan berlalu begitu saja. Enggak mau kejadiannya sama kayak si dia yang datang dan pergi, berlalu begitu saja. Maka dari itu, saya dengan partner trip saya kali ini, mbak Donna merencanakan sebuah 'pelarian sederhana'.
Kota yang kami
tuju kali ini tidak jauh-jauh dari Jakarta. Alasannya karena kami juga mau
banyak istirahat tapi menyayangkan kalo cuma liburan dirumah juga. Maka kami
pilih liburan yang dekat dengan Jakarta tapi masih diluar Jakarta, selain itu
juga enggak mau kalo jauh-jauh dari kamu. Aku susah kalo jauh dari kamu.
Kalo
difikir-fikir, kota diluar Jakarta tapi masih dekat dengan Jakarta juga banyak.
Ada Bekasi, Bogor, Tangerang, juga hati kamu. Tapi, bukan kota-kota tersebut
yang jadi pelarian kami kali ini. Yang menjadi pelarian kami kali ini adalah
"Purwakarta".
Kenapa
Purwakarta? Jangan tanya karena kami sendiri juga enggak tahu jawabannya.
Yang saya tahu
adalah H-1 sebelum libur panjang Mbak Donna mencari-cari tiket kereta yang
masih tersisa, dan Purwakarta adalah salah satunya. Maka malam itu juga beliau
pesan tiketnya. Kami pesan kereta malam yang berangkat dari Stasiun Senen.
Harganya lumayan juga. Sama kayak ke Bandung dengan menggunakan bus.
Padahal, kalo
kami sabar sedikit ada kereta menuju Purwakarta yang murah di pagi hari
langsung dari Stasiun Kota. Tapi gimana, kami bukan wanita-wanita penyabar.
Jadi, kalo kamu nanti jadi sama aku harus sabar banget ya menghadapi sikapku
yang sabarnya minus.
Pas hari H,
dari kantor kami langsung menuju Stasiun Senen, di Stasiun Senen karena kami
terlalu cepat sampai jadinya menunggu dulu deh. Menunggu itu emang enggak enak,
apalagi kalo nungguin kamu sadar. Capek ujungnya.
Sembari
menunggu, Mbak Donna browsing-browsing hotel murah di Purwakarta. Saya
menekankan beliau harus mendapat yang murah karena ini masih awal bulan. Bisa
meringis kantong saya kalo mahal-mahal. Dan dapatlah kami hotel yang terbilang
lumayan murah.
Pukul 21.00
tepat kami menaiki kereta menuju Purwakarta. Di kereta kami sibuk
sendiri-sendiri. Mbak Donna sibuk dengan bukunya, saya sibuk galau meratapi
jendela.
Pukul 22.30
kami sampai di Purwakarta.
Jreng Jreng
Jreng.... Mulai petualangan.
Walaupun telah
memesan kamar hotel, ada satu yang kami lupakan. "AKSES MENUJU
HOTEL." Bodohnya kami itu tidak memesan hotel yang dekat dengan stasiun
malah asal pesan hotel. "YANG PENTING MURAH." Kami lupa kalo
kami menaiki kereta malam dan sampainya malam juga. Mau nginap di stasiun rugi
banget dong udah bayar kamar hotelnya.
Sambil
memikirkan cara menuju hotel, saya iseng makan bakso malang depan stasiun.
Sambil makan bakso, saya ngobrol sama akang baksonya. Saya iseng aja tanya soal
hotel yang saya tuju dan bisa enggak kalo di akses dengan jalan kaki. Jawabanya
adalah baik dan buruk
Pertama, Doi
tau hotel tersebut.
Kedua, hotel
tersebut tidak bisa di akses dengan jalan kaki. Jaraknya lumayan.
Yasudah miris
sudah deh saya. Setelah saya habiskan baksonya saya lantang luntung di stasiun
sambil setengah merem. Mbak Donna masih sibuk mencari cara menuju hotel
tersebut. Dan, caranya ditemukan; ojek. Yang memberi saran adalah akang bakso
malang yang tadi saya beli. Lah, saya baru kefikiran bukannya nanya via apa
malah cuma nanya bisa jalan kaki atau tidak.
Ini pasti efek
galau yang menjadikan saya tulalit.
Dengan
menggunakan ojek yang harganya lumayan, sampailah kami dihotel tersebut. Udah
cerita hari ini di akhiri karena emang sampai hotel langsung terlelap. Enggak
ada cerita galau lagi.
Esok harinya,
setelah cantik dan segar kami memutuskan untuk jalan-jalan keliling Purwakarta.
Di Purwakarta
ada apa? Enggak usah takut, banyak kok tempat wisata disini. Tapi memang hanya
beberapa yang akan diceritakan karena emang ya itu aja yang kami kunjungi.
Pertama,
Bendungan Jatiluhur.
Bendungan
Jatiluhur merupakan terletak kurang lebih 9 KM dari pusat kota Purwakarta.
Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia. Akses menuju
bendungan Jatiluhur sangat mudah. Dari Pusat kota menaiki angkot menuju Bunder,
nanti dari Bunder bilang saja menuju Jatiluhur. Akan di arahkan oleh penduduk
setempat.
Di Jatiluhur
ngapain? Ada perahu, ada restoran, ada ini itu. Tapi, bukan itu yang kami
cari.
Yang kami cari
adalah "kamu."
Eh kamu lagi,
kamu mah jauh disana. kami kesini cari ketenangan.
Ya, kami para
wanita-wanita galau ini memang sedang mencari tenang dan kedamaian. Rasanya
tenang sekali. Kebetulan sampai sana masih pagi jadi masih lumayan sepi. Kami
mencari spot yang nyaman dan tentram. Dari tempat kami berdiri, berjejer
gunung-gunung disebrang sana, aktivitas para nelayan, dan hamparan air yang
tiada batas.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Bergerak dari
bendungan Jatiluhur, masih bingung mau kemana. Akhirnya kami memutuskan menuju
Wanayasa. Cukup jauh juga. Dari Ujung ke Ujung. Tapi kalo disuruh nyamperin
kamu enggak akan terasa jauh kok.
Setelah
menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, sampailah kami di Situ Wanayasa. Situ
Wanayasa sendiri merupakan danau alam dengan luas kurang kebih 7ha, Berada di
ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Berlatar belakang Gunung
Burangrang yang cantik dan rupawan. Sama kayak yang nulis, Manis. Cantik.
Rupawan.
Ada sebuah
pulau di tengah situ tersebut, dan di pulau tersebut ada sebuah makam. Yaitu
makam RA. Suriawinata, salah satu pendiri Purwakarta dan pernah menjadi salah
satu Bupati Karawang. Tadinya ada jembatan yang menuju pulau tersebut, namun
baru sebulan lalu di hancurkan. Kurang jelas apa sebabnya. Begitu cerita
ibu-ibu penjual sate Maranggi yang menjadi informan kami.
Tak ingin
menyia-nyiakan kesempatan, kami mengelilingi Situ Wanayasa tersebut. Lumayan
menurut saya sih. Bersih dan tentram. Selain karena latar belakang gunung
Burangrang juga ternyata ada hamparan sawah lagi. Rasanya kayak di belakang
rumah nenek lah kalo kata anak muda jaman sekarang.
Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
{QS. Qaaf : 50/ 7}
Udah puas main di kebon nenek?
Kami balik ke pusat kota. Sesampainya di pusat kota, kami bingung mau kemana
Akhirnya Mbak Donna memutuskan untuk ke alun-alun saja. Toh disana kan ada
masjid, juga ada taman. Sekalian aja main kesana.
Cuma, kendalanya
adalah kami tidak tahu cara menuju alun-alun. Sempat bertanya penduduk sekitar,
dikasih clue harus naik angkot nomor sekian. Yaudah dengan pedenya saya stop
angkot tersebut.
Bukannya nanya
dulu, saya malah langsung masuk, pas udah mau duduk baru saya tanya.
"Kang, ini
ke alun-alun kan ya?"
"Bukan
Neng, bukan alun - alun."
Saat itu posisi saya
masih setengah duduk, Mbak Donna dibelakang saya.
"Mbak, ini
kita salah angkot bukan alun-alun. Gimana dong?"
Dengan cueknya
Mbak Donna bilang
"Udah, naik
aja dulu. Mau kemana liat nanti aja."
Yaudah saya
duduk aja karena perintah beliau. Di angkot ada beberapa ibu-ibu, nanya mau
kemana. Kami jawab mau ke alun-alun, lalu mereka bilang salah angkot.
YA KAMI JUGA
TAHU SALAH ANGKOT KAN AKANGNYA UDAH BILANG!
Dengan wolesnya
Mbak Donna jawab,
"Enggak
apa-apa kami emang mau nyasar di Purwakarta."
Lalu, salah satu
ibu-ibu bilang;
"Ah nyasar
di Purwakarta juga enggak akan hilang orang itu aja-itu aja."
Kami ngakak
ngikik dan malah ngobrol SKSD sama ibu-ibu tersebut. Alhasil dengan kepedean
kami, ibu-ibu tersebut nampaknya kasian dan membujuk sang akang untuk
mengantarkan kami dulu ke alun-alun.
Rejeki anak
sholehah!
Diturunkanlah
kami di Masjid Agung Purwakarta yang terletak tepat bersebelahan dengan
alun-alun. Setalah Ishoma dimasjid tersebut, saatnya kami tebat-tebar pesona di
alun-alun. Kali aja pulang bisa bawa Akang buat dijadiin suami.
Alun-alun
tersebut menjadi satu dengan kantor walikota Purwakarta. Terdapat macam-macam
taman dengan kecantikan yang luar biasa sama seperti kecantikan saya. Di Pintu
masuk taman juga ada lampion-lampion cantik yang menghiasi. Sama cantiknya
kayak aku yang selalu dihiasi rindu kekamu.
Kemana lagi kami habis ini? Pulang. Iya pulang. Sekian dan terima kasih, HAHAHAHAHA.
50 Comments
Kak lala petualangannya seru euy... meski edisinya galau wkwkwk 😂
ReplyDeleteNaik kreta dari kota ke pwkrta emang murah tapi lama, dan penuuuhh ,banyak juga yg pada berdiri...
Ahahaha seru banget kak zen, padahal sama keluarga udah sering nyasar disini. Tapi kok rasanya beda ya. Aku dari senen sih kak zen terus Alhamdulillah duduk jadi selamat deh hehe.
DeleteMakanan yang rekomen apa kak di purwakarta?
ReplyDeleteSeruu kayanya traveling kesana ��
Sate maranggi kak! Itu udah khasnya banget. Ayolah kesana, udah deket murah pula. Hahaha.
DeleteLagi2 salut, autopilot, dan slalu ada jalan bagi wanita yg berusaha yak Lala Jr sayang... Inspiratif lahh...
ReplyDeleteSesekali harus direncanakanlah. Makasih banyak kak ndari sayaaaaang. Aku juga ngefans banget sama kak Ndari yg lemah lembut dan perkasa.
Deleteudah sampai Purwakarta tanggung ga sekalian ke Via Ferrata La?
ReplyDeletebelum berani kalo cuma berdua mas hehe
Deletewah wah wah warbiyasa nih si mungil yg pipinya bolong.. walo dikit-dikit tentang "kamu".. ahahaha
ReplyDeleteiya kamu kamuuuuuuu
DeleteTulisannya kebanyakan enter, La, jadi kurang enak ngebacanya -,-
ReplyDeletebiar gak saru ah hahaha
DeleteSetiap akhir paragraf curhat ya, La. Hahaha.
ReplyDeleteSemoga yang dikodein sadar ya! Cheers!
Itu sudah menjadi gaya bahasa yg melekat dan semoga dia sadar juga. Amin.
DeleteHaaa...waduk jatiluhur emang ngangenin La, pgn ksana lagi tapi jd inget mantan, wkwkwk
ReplyDeletePas aku kesana lagi tenang sebelumnya arus dan angin deras bergoyang-goyang. Tau gitu naik perahu hihi. Yuk kak arlin.
DeleteBaca tulisan lala bisa bikin ketawa. Random, tapi kocak hehe!
ReplyDeleteSerasa denger suara gue dimana-mana ya nis haha
DeleteKemanapun ka lala jalan jalan...selalu asik dengerin petualanggannya...
ReplyDeleteYuk kapan-kapan jalan bareng!
DeleteKemanapun ka lala jalan jalan...selalu asik dengerin petualanggannya...
ReplyDeletekalo ke pwt jangan lupa nyobain sambel cibiuk atau sate maranggi.. hahaha mantap lala
ReplyDeleteudah cobain Doel kalo sate maranggi, kan hukumnya wajib!
Deletela... sambil nyanyi gak tuh naik kereta malamnya...
ReplyDeletebtw kapan aku jadi pelarianmu
hahaha
Nyanyi tuut tuut tuut haha :D
DeleteSeru kalo baca cerita perjalanan lala.. Kayak ga pernah panik parah walaupun nyasar, tengah malem di jalan, dan kendala lainnya..
ReplyDeleteBtw itu kok banyak sisipan "kode keras" yaa hahaha
Hidup ini hanya senda gurau, semua udah di atur Allah termasuk nyasar tengah malem. Hahaha.
DeleteLala... Kamu... Edan! Gak bakal berani ngelakuin hal segila itu, haha
ReplyDeleteAyolah ning coba sesekali!
DeleteSuka baca blog lala. Ceria banget bawaannya
ReplyDeleteHidup ini untuk ceria kak! :D
DeleteSeruuuu, tapi yaa bisa kali laaa cerita kamu nya dibikin satu sub juga biar ga curhat disini 😂😂😂
ReplyDeleteBisa cha bisa! Siap dengerin aja.
DeleteKapan-kapan kuy lah kita piknik sederhana bareng ya lalala...
ReplyDeleteDitunggu! :D
Deleteseru bacanya, kak!
ReplyDeleteMakasih! :D
Deleteseru kayaknya dan patut dicoba neh
ReplyDeleteKuy Geo!
DeleteRecomend tempat yg paling bagus apa La
ReplyDeleteWaduk jatiluhur kak.
DeleteInformatif la, tapi gw rada baper nih bacanya. hehe
ReplyDeleteBaper mulu.
DeleteCeplas ceplos n galau khas lala..seperti diajak obrol. menikmati sgala pertualangan. Seru..
ReplyDeleteSeperti mendengarkan Lala bicara. Dududu.
Deletekeren La
ReplyDeletePantainya keren juga mbak. Eh, btw, itu pantai apa teluk sih? Airnya tenang gitu?
ReplyDeleteItu bendungan mas. :D
DeleteLalaa, tidak lupa menyelipkan sebait galau dan curhatan di postingannya :D kapan2 ajak kami nyasar bareng yak la
ReplyDeleteAyolah auto pilot. Hahaaha.
Delete